Belajar Tangguh dari Orang Indonesia di Australia

Dari beberapa kali kunjungan ke negara Australia (tepatnya di Sydney), saya tidak hanya sekedar traveling, namun juga berkunjung menemui sahabat dan kerabat yang bekerja dan tinggal di sana, bahkan sejak kunjungan pertama saya ke Sydney di tahun 2017. Dari sini, saya merasa ada kedekatan khusus dengan negara bagian di Benua Australia ini.

Sydney Opera House (foto tahun 2017)

Indahnya Kota Sydney dengan Opera House yang cantik, tatanan kota yang apik dan transportasi antar daerah yang sangat modern membalut musim dingin yang menerpa badan yang berselimut jaket tipis. Malam itu sahabat kami keluar ruangan dengan topinya yang hampir terbang diterpa angin musim dingin. Suhu udara Sydney tengah malam sudah mencapai single degrees dan terus turun mendekati nol derajat selsius. Ia akan pergi bekerja hingga pagi menjelang.

Di lain waktu, kami berkumpul dengan sahabat dari sahabat kami yang sudah belasan tahun tinggal menetap di Sydney. Kami berkunjung ke rumahnya yang hangat, berlokasi di tengah kota.

Di kunjungan kami ke sekian kalinya, ketika kami sudah memiliki bayi, tidak ada yang berubah dari perjuangan mereka, terutama tidak yang berubah dari kehangatan mereka menyambut kami kembali di tanah rantau.

Kesekian kali pula, kala itu saya dan suami menginisiasi jasa titip produk Australia yang membuat kami terus bersemangat ketika pergi jalan-jalan ke sana.

Suasana demikianlah yang melekat di batin kami tentang Australia, bukan kemewahan dan kemegahan suatu kota. Namun yang kami ingat adalah perjuangan dan kekeluargaan untuk mencari penghidupan yang lebih baik di tanah aborigin.

Generasi Muda diwakili oleh Gen Z

Sebagai pengamat parenting, saya sedikit banyak paham dengan macam generasi yang dikelompokkan di negara kita ini. Saya sebagai generasi milenial tentu banyak pula belajar tentang Generasi Z yang saat ini merupakan generasi muda Indonesia.

Berdasarkan cuplikan sebuah artikel dari sebuah website McKinsey berikut:

Generasi Z merujuk pada orang-orang yang lahir antara tahun 1996 dan 2010. Mereka adalah generasi termuda kedua, antara generasi milenial dan Generasi Alpha. Seperti setiap generasi, perilaku Gen Z dibentuk oleh cara mereka tumbuh dewasa. Kaum muda saat ini tumbuh dewasa di bawah bayang-bayang malapetaka iklim, karantina wilayah akibat pandemi, dan ketakutan akan keruntuhan ekonomi. Generasi Z paling awal lahir ketika internet baru saja digunakan secara luas. Mereka disebut “
penduduk asli digital “—generasi pertama yang tumbuh dengan internet sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Generasi digital sering kali beralih ke internet saat mencari informasi apa pun, termasuk berita  dan  ulasan sebelum melakukan pembelian . Mereka berpindah-pindah di antara situs, aplikasi, dan umpan media sosial, yang masing-masing membentuk bagian berbeda dari ekosistem daring mereka. Karena tumbuh besar dengan media sosial, Generasi Z lebih cermat dalam mengatur diri mereka di dunia maya dibandingkan generasi sebelumnya, dan mereka cenderung beralih ke tren anonimitas, umpan yang lebih personal, dan kehadiran daring yang lebih sedikit, meskipun mereka sangat lahap mengonsumsi media daring .

Karena generasi muda Indonesia yang diwakili oleh Gen Z sangat dominan dengan sosial media, sering kali para ahli menyebutkan bahwa generasi Z ini kurang tangguh, segala hal bisa ditemukan di internet dan sosial media. Bahkan di awal-awal pandemi 2019 saja, sekolah-sekolah mereka dilakukan secara online dari rumah.

Penting sekali untuk menumbuhkan trigger anak muda agar menjadi tangguh dengan segala rintangan dan ujiannya. Saya setuju dengan Profesor Rhenald Kasali dalam bukunya 30 Paspor di Kelas Sang Profesor:

“Paling lambat 1,5 bulan ke depan, kalian semua harus sudah berangkat!”

Demikian ucapan Prof. Rhenald Kasali di hari pertama masuk kuliah Pemasaran Internasional yang sontak membuat kelas gaduh luar biasa. Negara tujuan ditentukan saat itu juga. Sementara paspor harus didapatkan dalam waktu dua minggu ke depan.

Metode kuliah yang awalnya ditentang banyak orang tersebut-dari orangtua mahasiswa sampai sesama dosen-terbukti menjadi ajang “latihan terbang” bagi para calon rajawali. Demikian Prof. Rhenald mengibaratkannya. Tersasar di negeri orang dapat menumbuhkan mental self driving, syarat untuk menjadi pribadi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab menentukan arah hidup sendiri.

Itu hanya sebagian kecil saja yang saya jelaskan, yang saya yakin anak muda Indonesia yang merupakan Generasi Z dengan mudahnya mengakses tulisan ini dan bahkan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan generasi muda dan tantangan kehidupan.

Jadi, setelah beberapa kali saya berkunjung dengan tidak mudahnya ke Sydney, saya akhirnya tidak melulu mencari pembuktian healing untuk setiap kali berpergian ke luar negeri. Banyak pembelajaran yang saya dapat, tentang perjuangan para diaspora di negara lain yang kalau kita pandang di Instagram sungguhlah elok. Padahal ada pengorbanan waktu, tenaga, pikiran bahkan uang untuk meraih sukses di negara orang.

Bondi Beach

Saya pun menjadikan perjuangan para sahabat saya di Australia dan di negara lain sebagai pembelajaran bagi saya untuk saya terapkan ke anak saya yang merupakan Generasi Alpha. Saya dan suami bisa saja memberikan berbagai macam rewards untuk anak saya sehingga anak saya bisa merasakan kemudahan dalam hidupnya, namun hal itu tidak kami lakukan. Kami ingin anak kami nantinya bisa tahu bahwa untuk meraih kesuksesan bukan hanya sekedar melalui sosial media dan internet, bukan hanya sekedar nilai raport yang sempurna, tapi ada perjuangan, pengorbanan, kesabaran dan kemandirian yang harus ditepa sejak usia muda.

Nanti anak ini akan bisa menikmati dunia tanpa merasa “wah”, sehingga anak ini tidak mudah tertipu dengan orang yang punya jiwa narsistik dari berbagai belahan dunia. Anak ini akan bisa mencari “penghidupan” di manapun berada dengan bekal perjuangan dan pengetahuannya.

Jalan Ninja Bagi Gen Z untuk Berjuang ke Australia

Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh jika ingin berjuang merantau ke Negeri Kangguru ini. Walaupun sebetulnya saya tidak pernah menempuh jalan ini (saya selalu traveling dengan budget pribadi), tapi banyak kerabat yang sudah membuktikan kesuksesannya.

Manly Beach Australia

Beberapa hal memang harus dimulai sejak dini, pertama-tama dengan mencari informasi bagaimana caranya berkunjung ke Australia? Butuh visa kah? Berapa ongkosnya dll. Jalur-jalur yang khusus untuk teman-teman lakukan, terutama Gen Z yang mau berjuang agar bisa menikmati kesuksesan masa depan sekaligus liburan di sana antara lain:

1. Beasiswa Beasiswa LPDP-Australia Awards

Beasiswa LPDP-Australia Awards adalah program beasiswa pertama hasil kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan Australia, yang bertujuan membekali pelamar dengan gelar Master dari perguruan tinggi terkemuka Australia. Link website: Australia Awards Indonesia.

Beasiswa ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki potensi berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Melalui kolaborasi ini, penerima beasiswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya untuk mendorong perubahan positif serta mempererat hubungan antara Indonesia dan Australia. Beasiswa LPDP-Australia Awards menawarkan beragam manfaat, termasuk dukungan pelatihan bahasa Inggris dan akademik sebelum studi di Australia, kegiatan pengembangan profesional dan berjejaring untuk memperkaya pengetahuan, serta kesempatan berinteraksi dengan jaringanpenerima beasiswa yang lebih luas. Selain itu, beasiswa ini juga menyediakan dukungan yang diperlukan guna memastikan partisipasi yang inklusif bagi penyandang disabilitas

Beasiswa LPDP-Australia Awards menawarkan beragam manfaat, termasuk dukungan pelatihan bahasa Inggris dan akademik sebelum studi di Australia, kegiatan pengembangan profesional dan berjejaring untuk memperkaya pengetahuan, serta kesempatan berinteraksi dengan jaringanpenerima beasiswa yang lebih luas. Selain itu, beasiswa ini juga menyediakan dukungan yang diperlukan guna memastikan partisipasi yang inklusif bagi penyandang disabilitas

2. Working Holiday Visa (WHV) Australia

WHV merupakan program pemerintah Australia yang memungkinkan warga negara dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengunjungi Australia sambil bekerja. Program ini memungkinkan pemegang visa untuk tinggal di Australia selama 12 bulan dengan opsi perpanjangan selama setahun setelahnya.

Hmm.. Berbeda dengan beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship), WHV ini lebih fleksibel dan lebih simple prosesnya karena tujuannya adalah untuk liburan sambil bekerja. Tapi tentu ada persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:

  1. Usia minimal 18 tahun dan maksimal 30 tahun.
  2. Minimal lulusan Diploma Tiga (D-III) atau sedang berkuliah minimal semester 4 (D-III dan S1)
  3. Belum pernah mengambil program bekerja dan berlibur sama sekali.
  4. Memiliki bukti identitas diri, kewarganegaraan, serta tempat tinggal.
  5. Mahir berbahasa Inggris minimal tingkat fungsional.
  6. Memiliki dana untuk membiayai keperluan di masa awal tinggal di Australia.
  7. Sehat jasmani dan berkelakuan baik.
  8. Tidak sedang berada dalam tindakan pencegahan keimigrasian.

Untuk apply WHV bisa visit website dari pemerintah Australia ya teman-teman.

Teman-teman bisa cek juga ke beberapa blog orang Indonesia yang berbagi pengalamannya tentang WHV, mulai dari pengumpulan syarat dokumen, bergabung dalam komunitas WHV di grup facebook, frequently question di Instagram mereka, sampai kisah perjuangan mereka ketika sampai di Australia. Sering juga mereka membagi pengalaman mencari tempat tinggal di Australia, proses mencari hingga mendapatkan pekerjaan, hingga traveling story ditengah-tengah perjuangan mereka bekerja di sana.

Beberapa akun blog tentang sharing pengalaman WHV yang saya rekomendasikan adalah:

  1. www.novitandinii.com
  2. www.sharontravelogue.com
  3. Quora.com
  4. www.indonesiamengglobal.com

Pengalaman saya dalam WHV dan AAS memang belum ada, karena saya sebenarnya beberapa kali ke Australia hanya untuk traveling. Tapi di blog ini saya ingin menyemangati pemuda pemudi Indonesia untuk aktif mencari informasi yang bermanfaat untuk kesuksesan karir dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Di postingan selanjutnya saya akan menuliskan kisah perjalanan traveling saya pribadi dan tips-tips traveling ke beberapa negara (bukan hanya Australia).

Selamat membaca!

1 Comment

  1. […] dan menetap di sana. Saya sudah sempat menuliskan sedikit cuplikannya di blog pertama saya berjudul “Belajar Tangguh dari Orang Indonesia di Australia”. Sahabat kami ini dan beberapa sahabat lain yang merantau untuk bekerja di Australia memberikan rasa […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *